Kelapa sawit
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Daftar isiKelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan
industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).Perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar
di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timurSumatra, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi.
African Oil Palm
(Elaeis guineensis)
Kelapa sawit
berbentuk pohon.
Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa
akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi.
Seperti jenis
palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna
hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip
dengan tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman
diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah
yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan
dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina
terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit
dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga
sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul
digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit
mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak
dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah.
Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free
fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari
tiga lapisan:
- Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna
kemerahan dan licin.
- Mesoskarp, serabut buah
- Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit
(kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit
berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
Syarat hidup[sunting | sunting sumber]
Habitat aslinya
adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis
(15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah
hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang
air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan
memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Tipe kelapa sawit[sunting | sunting sumber]
Kelapa sawit yang
dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E.
oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua
species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis
memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman
yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk
mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E.
oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah
keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar
seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
- Dura,
- Pisifera, dan
- Tenera.
Dura merupakan
sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga
dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya
tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang
menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan
Pisifera.
Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan
masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya
tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya
mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan
massal, sekarang digunakan teknik kultur
jaringan.
Hasil tanaman[sunting | sunting sumber]
Minyak sawit
digunakan sebagai bahan baku minyak
goreng, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan
industri farmasi.
Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena
keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi,
mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya,
mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh
dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang
paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang
diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari
sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol,
dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
baku margarin.
Minyak inti
menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika.
Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak
berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya
mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun,
dan lilin.
Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai
salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan
bakar dan arang.
Buah diproses
dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging
yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang
dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang
dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam
lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan
buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.
Sejarah
perkebunan kelapa sawit[sunting | sunting sumber]
Kelapa sawit
didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun
Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai
tanaman hias di Deli, Sumatera
Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah
permintaan minyak nabati akibat Revolusi
Industripertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat
perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka
dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911,
kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan
perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu
diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai
Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha.
Pusat
pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera
Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada
1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran,
Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau
Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru
dimulai tahun 1910.
Hingga menjelang
pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia.
Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari
angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan
pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak
berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya
(lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan
areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan.
Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya
harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon
kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup,
dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari Afrika.
Hama dan penyakit[sunting | sunting sumber]
Faktor yang dapat
menyebabkan penurunan hasil produksi pada tanaman kelapa sawit diantaranya hama
dan penyakit.
Serangan hama utama ulat pemakan daun kelapa sawit, yakni ulat
api (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae). [3] Potensi
kehilangan hasil yang disebabkan kedua hama ini dapat mencapai 35%. [4]
Jenis
ulat api yang paling banyak ditemukan di lapangan adalah Setothosea
asigna, Setora nitens, Darna trima, Darna
diducta dan Darna bradleyi. [5] Selain
hama, penyakit juga menimbulkan masalah pada pertanaman kelapa sawit. Penyakit
busuk pangkal batang yang disebabkan oleh infeksi cendawan Ganoderma
boninense merupakan penyakit penting yang menyerang kebun-kebun kelapa
sawit. Cendawan G. boninense merupakan patogen tular tanah
yang merupakan parasitik fakultatif dengan kisaran inang yang luas dan
mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi. [6]
Manfaat minyak
sawit[sunting | sunting sumber]
Selain manfaat
utama minyak sawit sebagai minyak makan, minyak sawit juga dapat digunakan
sebagai pengganti lemak susu dalam pembuatan susu kental manis dan tepung susu
skim [7]
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_kelapa_sawit_Indonesia
Posting Komentar untuk "Kelapa sawit"